Syekh Yasin al-Fadani lahir dari pasangan Syekh Muhammad Isa al-Fadani dan Nyai Maimunah binti Abdullah al-Fadan, keduanya adalah keturunan Minangkabau. Keadaan kehalirannya yang demikian membuat Syekh Yasin memilki darah asli murni Minangkabau. Ia adalah salah satu ulama Nusantara terkemuka pada masanya, sampai mendapatkan gelar “pakar sanad sedunia”.
Syekh Yasin memiliki nama lengkap Abul Faidl Alam al-Din Muhammad Yasin bin Muhammad Isa bin Udiq al-Fadani al-Hasani. Beliau lahir di Mekkah pada tanggal 17 juni 1915 Masehi. Lahir dari keluarga yang sangat kental dengan agama, merupakan sebuah privilese tersendiri bagi Syekh Yasin untuk memahami ilmu-ilmu Islam. Semenjak kecil, Syekh yasin sudah mempelajari ajaran Islam, guru pertamanya adalah ayahnya sendiri, yaitu Syekh Isa al-Fadani. Kemudian berguru dengan Syekh Mahmud al-Fadani, pamannya sendiri. Dua ulama inilah yang memiliki peran besar dalam keilmuan Syekh Yasin al-Fadani.
Tak merasa kenyang dengan ilmu yang didapat, Pada tahun 1346 Hijriyah, Syekh Yasin mulai belajar di tempat Hadhrotussyekh KH. Hasyim Asy Ari, Madrasah Shaulatiyah Hindiyah, Makkah. Namun, pada tahun sekitar tahun 1353 H, terjadi konflik yang menyangkut nasionalisme. Menurut satu riwayat, salah satu guru Madrasah Shaulatiyah melakukan tindakan yang tidak terpuji, ia merobek surat melayu dan dianggap merendahkan martabat Nusantara. Akibatnya, syekh Yasin keluar dari Madrasah tersebut dan berpindah ke Madrasah Daurul Ulum bersama beberapa pelajar Asia lainnya.
Karena tinggal di kiblat ilmu Islam, Syekh Yasin mudah untuk mendapatkan guru yang datang ke Tanah Suci dari berbagai pelosok dunia, seperti Syiria, Lebanon, Palestina, Yaman, Mesir, Maghribi, Irak, Pakistan, Rusia, India, Indonesia dan Malaysia. Dari beberapa negara tersebut, setidaknya, beliau telah berguru kepada 700 ulama di seluruh penjuru dunia.
Perhatian utama beliau ada di bidang ilmu hadits, oleh karena itu beliau menetap satu tahun kepada muhaddis Haromain, Syekh Umar Hamman al-Manshuri. Beliau juga membacakan hadist kepada Syekh Muhammad Ali Bin Busein al-Makki.
Dalam bidang fikih, beliau belajar kepada Syekh Umar Junaid, Syekh Said Bin Muhammad al-Yamani dan Syekh Hasan al-Yamani. Tak hanya itu, beliau juga belajar kepada Muhsin Bin Ali al-Musawi, Abdullah Muhammad Gazi al-Makki, Ibrahim Bin Dawud al-Ghattani al-Makki, Sayyid Alwi Bin Abbas al-Maliki, al-Muqri’ Syihabuddin Ahmad al-Mukhollati asy-Syami, Sayyid Muhammad Bin Umayyah al-Kutbi al-Makki, dan masih banyak ulama lainnya.
Ketika ada kesempatan, beliau akan mengadakan perjalanan ilmiyah beserta muridnya. Perjalanan ini digunakan untuk memperaktekan beberapa ilmu yang beliau dapat, seperti ilmu falak. Perjalanan ini juga digunakan untuk meraih sanad, silsilah periwayatan hadits atau disiplin ilmu di beberapa kitab. Oleh Karena itulah, beliau mendapat gelar musnid dunya, ulama pakar sanad se-dunia. Contohnya saja, nama Syekh Yasin al-Fadani sering di sebut setelah Syekh Ali Jumah dalam sertifikat silsilah sanad yang diberikah oleh Madyafah Syekh Ismail Shodiq al-Adawy (salah satu tempat kajian berbagai disiplin ilmu agama di Kairo).
Tak hanya Musnid Dunya, beberapa julukan lain disematkan ke Syekh Yasin al-Fadani. Salah satu ulama hadis bernama sayyid abdul aziz al-Qumari menjulukinya sebagai kebanggaan tanah Haromain. Ulama besar lain yang mengagumi beliau adalah al-Allamah Habib as-Segaf bin Muhammad Assegaf, beliau menybeut Syekh Yasin sebagai Suyutiyu Zamanihi (Imam suyuti zamannya).
Meskipun lahir dan tumbuh besar di Mekkah, darah nasioalisme mengalir deras di dalam tubuhnya. Beberapa kali syekh yasin menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke Indonesia. Beliau disambut dengan ceria oleh masyarakat dan ulama-ulama nusantara, mereka berbondong-bondong meminta sanad kepada beliau, di antara yang menyambutnya adalah KH. Syafi’i Hadzami.
Syekh Yasin al-Fadani termasuk ulama yang produktif, kitab yang beliau tulis lebih dari 100 judul, baik yang sudah dicetak maupun yang belum. Di antara kitabnya yang cukup fenomenal seperti, Ad-Durul Mandud Fi Syarhi Sunan Abi Daud, Bugyatul Musytaq Syarh al-Luma’ Abi Ishaq, Fathul Allam Syarh Bulugul Marom.
Syekh Yasin wafat pada Jumat subuh, 28 Dzulhijjah 1410 H bertepatan dengan 20 Juli 1990 dalam usianya yang ke-75 tahun. Jenazahnya disalati usai salat Jumat dan dikebumikan di perkuburan Ma’la, Mekkah.