Perantauan, telah menjadi fenomena yang semakin umum di era globalisasi saat ini.
Berbagai kalangan, terutama mahasiswa memilih untuk merantau ke negara lain dengan
harapan mendapatkan pendidikan, pengalaman, dan perspektif yang lebih luas. Di antara
banyak negara, Mesir adalah salah satu destinasi pendidikan bagi mahasiswa Indonesia,
terutama di bidang agama dan studi Islam. Keberadaan fasilitas seperti kitab turots yang dapat
diakses dari mana saja, majelis talaqqi yang diampu oleh masyaikh yang sangat ahli di
bidangnya, serta keragaman pelajar dari berbagai negara, menjadi daya tarik tersendiri.
Seiring berjalannya waktu, minat dan intensi terhadap kewirausahaan di kalangan
mahasiswa Indonesia di negeri Kinanah ini mulai menunjukkan perkembangan yang
signifikan. Meski mayoritas mahasiswa Indonesia di Mesir mengambil studi di bidang
keagamaan dan humaniora, mereka tetap menunjukkan minat untuk terjun dalam dunia bisnis.
Intensifikasi globalisasi dan akses informasi yang semakin mudah juga turut mendorong minat
mereka dalam membangun usaha sendiri, baik di Mesir maupun di Indonesia setelah lulus.
Tercatat Mahasiswa Indonesia di Mesir telah mencapai angka 13 ribu. Angka ini
merupakan peluang besar bagi para wirausahawan. Dengan populasi yang signifikan ini,
terdapat pasar yang luas untuk berbagai produk dan layanan. Mahasiswa menciptakan
permintaan yang tinggi untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, barang, dan jasa. Dari
perspektif kewirausahaan, angka ini sangat menguntungkan karena memungkinkan terciptanya
usaha yang dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa. Selain itu, komunitas yang besar
memberikan kesempatan untuk kolaborasi dan jaringan yang kuat, di mana para mahasiswa
dapat saling mendukung dalam menjalankan usaha mereka.
Latar belakang ekonomi mahasiswa Indonesia di Mesir sangat beragam, dan ini
menjadi salah satu pendorong utama bagi mereka untuk berwirausaha. Beberapa mahasiswa
menikmati kondisi yang lebih stabil, di mana mereka menerima kiriman uang dari keluarga
dengan jumlah yang memadai atau bahkan lebih dari cukup. Namun, terdapat pula mahasiswa
yang meskipun menerima kiriman, jumlah tersebut sering kali tidak mencukupi kebutuhan
sehari-hari mereka.
Ada juga yang berada dalam situasi yang lebih menantang, di mana mereka tidak
mendapatkan kiriman uang sama sekali dari orang tua. Hal ini mendorong mereka untuk mencari cara mendapatkan penghasilan sendiri guna memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu,
bagi mahasiswa yang sudah berkeluarga, kebutuhan untuk menafkahi istri dan anak menjadi
sebuah motivasi yang lebih untuk mencari sumber pendapatan tambahan. Keadaan ini
menjadikan peningkatan taraf hidup bukan sekadar impian, tetapi sebuah kebutuhan mendasar
yang mendorong mahasiswa untuk aktif dalam dunia kewirausahaan. Mereka termotivasi untuk
mengeksplorasi peluang usaha yang dapat membantu mereka bertahan dan berkembang di
lingkungan yang mungkin memiliki tantangan ekonomi tersendiri.
Mahasiswa Indonesia di Mesir berasal dari 38 provinsi yang berbeda, yang membawa
beragam budaya, latar belakang, dan perspektif. Kemajemukan ini memungkinkan terjadinya
pertukaran ide yang kreatif dan inovatif di antara mereka. Pertemuan dengan mahasiswa dari
berbagai daerah sering kali membuka wawasan baru mengenai peluang bisnis yang lebih luas.
Diskusi tentang pengalaman kewirausahaan, tantangan yang dihadapi, dan solusi yang
diterapkan dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir lebih jauh dan lebih kreatif dalam
mengembangkan usaha mereka. Interaksi ini menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
inovasi dan kolaborasi dalam dunia kewirausahaan.
Homesick atas Makanan Indonesia. Rasa kerinduan terhadap makanan Indonesia yang
berbeda dari makanan Mesir juga menjadi pendorong bagi mahasiswa untuk memulai usaha
kuliner. Banyak mahasiswa yang merasa kesulitan menemukan makanan yang sesuai dengan
selera mereka di Mesir, terutama yang menggunakan bumbu dan rempah-rempah khas
Indonesia. Jarak yang jauh dari Indonesia dan biaya perjalanan yang tinggi juga menjadi faktor
yang membuat mereka tidak bisa pulang dengan mudah untuk menikmati masakan rumah.
Dengan kondisi ini, mahasiswa yang merindukan cita rasa Indonesia menjadi peluang pasar
untuk membuka usaha makanan, baik itu restoran, katering, atau bahkan usaha kecil seperti
menjual makanan ringan. Usaha ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pribadi mereka, tetapi
juga dapat menarik perhatian mahasiswa lain yang merasakan hal yang sama.
Kebutuhan mahasiswa Indonesia di Mesir terhadap barang-barang yang tidak tersedia atau
berbeda dari yang ada di tanah air menjadi pendorong munculnya peluang kewirausahaan.
Banyak mahasiswa yang merasa kesulitan mendapatkan produk tertentu, seperti makanan
ringan, bumbu masak, produk perawatan diri, atau barang-barang lainnya yang biasa mereka
gunakan di Indonesia. Kondisi ini menciptakan celah pasar yang dapat dimanfaatkan oleh
mahasiswa untuk membuka usaha.
Salah satu bentuk usaha yang sering dijalankan adalah jasa titip, di mana mahasiswa yang
pulang ke Indonesia atau memiliki akses untuk mendapatkan barang-barang tersebut dapat
menawarkan produk yang sulit ditemukan di Mesir. Selain itu, terdapat juga toko-toko yang
secara khusus menyediakan produk-produk dari Indonesia, sering kali dikenal sebagai “Pasar
Asia,” untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Indonesia dan komunitas lainnya yang
merindukan produk asal negara mereka.
Selain kebutuhan barang, perbedaan kepuasan terhadap layanan yang tersedia di Mesir juga
memicu tingginya intensi kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Misalnya, mahasiswa
melihat peluang untuk menyediakan jasa pembuatan buket bunga, yang sangat diminati selama
acara wisuda, baik wisuda mahasiswa tingkat akhir maupun wisuda rumah binaan. Jasa-jasa
lain yang populer termasuk pembuatan kerajinan tangan, serta potong rambut. Ketidakpuasan
terhadap kualitas layanan yang ada atau sulitnya menemukan jasa yang sesuai dengan selera
mahasiswa Indonesia menjadi dorongan kuat bagi mereka untuk memulai usaha sendiri dan
menawarkan solusi yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.
Intensi kewirausahaan di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti kuantitas mahasiswa yang tinggi, latar belakang ekonomi yang
beragam, kemajemukan budaya, kerinduan terhadap makanan Indonesia, serta kebutuhan akan
barang dan jasa yang sulit ditemukan. Selain itu, kemajuan teknologi juga memudahkan
mahasiswa untuk mengakses informasi, mempelajari pasar, dan memulai bisnis melalui iklan.
Banyak mahasiswa Indonesia di Mesir telah memanfaatkan platform digital untuk menjual
produk khas Indonesia di pasar lokal, seperti makanan, pakaian, dan kerajinan tangan, baik di
Pasar Masisir maupun melalui status WhatsApp. Internet memungkinkan mereka untuk
menjalankan usaha meskipun masih berstatus sebagai mahasiswa.
Seluruh aspek ini menciptakan lingkungan yang mendorong mahasiswa untuk berinovasi
dan mengambil langkah berani dalam membangun usaha mereka. Dengan semangat
kewirausahaan yang semakin berkembang, mahasiswa Indonesia di Mesir tidak hanya
berusaha memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga memberikan kontribusi bagi komunitas
mereka dan menciptakan peluang baru yang bermanfaat bagi orang lain.